Hari yang cerah buat santai di kelas,
karena semua ujian udah selesai dan tinggal menunggu hasil kelulusan. Memang
siang itu cukup cerah, makanya guru olahraga gue sudah memberitahu dari kemarin
kalau kita akan melaksanakan ujian praktik remedial di luar sekolah. Gue pikir
ujian remedialnya cuma senam skj buat anak sd yang kita dipaksa untuk
menghafalkannya setiap hari jumat pagi. Ternyata nggak, guru olahraga gue
menyuruh kita semua berlari mengelilingi Taman Honda sebanyak 10 putaran, dan
waktu yang dia berikan paling lambat adalah 10 menit. Iya guru olahraga gue
emang udah agak gila.
Selain karena sekolah gue waktu itu
nggak terlalu jauh dengan Taman Honda, alasan lainnya yaitu lapangan sekolah
gue nggak memungkinkan untuk di pakai lari, ya sebenernya bisa aja sih, cuma
kalo lari keliling 10 putaran di lapangan sekolah gue ya palingan cuma kayak 2
putaran di Taman Honda. Jangankan pegel, keringetan juga nggak. Begitu
mendengar pengumuman peraturannya kayak begitu, kita semua udah lemes duluan.
Bukannya pesimis atau gimana, YA EMANG NGGAK MUNGKIN.
Guru olahraga gue udah meniup pluit
warna merahnya berkali-kali yang menandakan kita udah disuruh ganti baju dan
turun ke lapangan sekolah lebih cepat. Di kelas gue, peraturan ganti baju saat
jam pelajaran olahraga adalah; perempuan adalah pemegang kuasa nomor 1, jadi
mereka berhak atas segala keputusan dan anak laki-laki adalah para budaknya.
Setiap pelajaran olahraga, para perempuan langsung berdiri serempak dan
menyuruh kami, anak laki-laki untuk segera keluar kelas dengan cara yang amat
sangat tidak patut untuk dicontoh, misalnya saja, mereka pernah menyuruh
(mengusir) kami dengan mendesuh seperti mengusir kucing, meneriaki kami maling
celana dalam, sampai menyiram kami dengan air panas. Ya, kami hina sekali waktu
sekolah.
Sialnya siang itu, sebagian anak
perempuan yang berganti pakaian di dalam kelas sepertinya dengan segaja
berlama-lama di dalam kelas. Sepertinya mereka sudah merencanakan ini semua;
mereka berlama-lama mengganti pakaian di dalam kelas sehingga kami kehabisan
waktu untuk berganti pakaian, lalu karena kehabisan waktu, kami di hukum tidak
boleh bernapas selama jam pelajaran olahraga. Dan mereka pun tertawa jahat
menandakan keberhasilan mereka mengerjai kami. Hhhmmmmm.....
Dan ternyata benar saja, setelah kami
selesai mengganti pakaian, teman-teman beserta guru olahraga gue udah pergi duluan
ke Taman Honda. Tapi gue nggak bener-bener menyesal, ternyata ada Bella dan
satu orang temannya yang ternyata baru selesai mengganti pakaian olahraga di kamar
mandi. Jadilah sebagai seorang gentlemen
gue menyuruh teman-teman gue untuk menunggu Bella dan temannya menaruh pakaian
seragamnya di kelas, dan berjalan bersama-sama ke Taman Honda.
Sepanjang perjalanan pun terasa seperti
tidak ada beban kalau kami semua terlambat dan bersiap untuk di hukum.
Sepertinya cinta yang rindu untuk berjalan beriringan memeluk gue
dan Bella ke suatu fase dimana kita
berada di dalam ruangan kedap waktu, hal yang paling gue rindukan.
Gue beruntung punya temen sekolah kayak
Furqon, Jundi dan Trisna, mereka menghibur demi apapun. Gue jadi punya bahan
candaan di saat ada hening yang menjadi jeda dalam obrolan gue dan Bella. Hal
yang paling gue rindukan juga.
Sesampainya di jogging track Taman Honda rupanya temen-temen yang lain udah mulai
lari duluan. Gue beruntung karena kita semua nggak dihukum. Sebenernya nggak
dihukum juga sama aja, karena menurut gue lari keliling Taman Honda 10 putaran
dalam 10 menit juga sudah termasuk hukuman buat betis gue. Ya gue mulai berdoa
dalam hati, mudah-mudahan betis gue nggak meledak. Tapi gue beruntung lagi,
karena Bella pun berpikiran sama kayak gue. Ya seenggaknya kita akan bakalan
berbagi kelelahan.
Bella dari dulu emang nggak pinter
olahraga. Gue sih wajar-wajar aja kalo cewek itu nggak pinter olahraga, toh
nggak semua cowok juga pinter olahraga. Jadi ya hasilnya udah bisa ditebak, dia
hanya lari di 5 meter awal, selebihnya dia lebih memilih ngobrol sambil jalan
sama temennya. Berbanding 360 derajat sama gue, ya gue kan pernah jadi kapten
basket sekolah, otomatis gue hobi banget sama olahraga, dari lari pagi, sampe
main catur sambil tinju. Dan udah bisa ditebak kan? Biarpun gue sempet
ngos-ngosan, tapi gue pasti lari lebih jauh dan lebih semangat, ya gue cuma
lari di..... 6 meter awal. Selebihnya gue nyariin Bella, mau gabung ngobrol
sambil jalan.
Di tengah-tengah gue mencoba mengatur
napas, gue melihat Bella di belakang gue sedang berjalan sendirian. Ini momen
spesial buat gue, biarpun kejadiannya nggak terlalu lama, tapi kenangannya
bakalan terus nempel di kepala gue. Itu terbukti kalau sampai sekarang gue
masih inget dan mencoba mengabadikan ini sebagai suatu catatan singkat. Tapi ya
sepertinya gue masih belum rela kalo gue melepaskan pelukan cinta yang rindu
akan berjalan beriringan ini begitu saja. Gue udah nggak memperdulikan temannya
Bella kemana dan kenapa dia berjalan sendirian. Dia melihat gue yang berada di
depannya dengan setengah tertawa. Tidak lama kemudian, kami berjalan
beriringan.
Semesta mendukung kita lagi. Dari mulai
cuacanya yang tidak terlalu panas, sampai suasana Taman Honda saat itu yang
sangat indah. Tidak seperti biasa, di atas kami banyak payung-payung
warna-warni menggantung, ada sekitar 12 payung di tiap bloknya. Tanaman yang
lebih terlihat rapih dan beraturan. Tempat duduk sampai tempat sampah yang di
lukis sedemikian rupa.
‘Capek ya? Hahaha’
Gue membuka percakapan
‘Hahaha... Emang kamu nggak capek?’
Mungkin dia nggak ngeliat keringat yang
mengucur di kepala gue udah segede biji jagung
‘Eehh.. Nggak kok... Hehehe... Udah yuk
lanjut jalan aja..’
Sekali lagi kami berada di dalam ruangan
kedap waktu. Kita udah nggak memperdulikan peraturan 10 putaran dalam 10 menit itu.
Seperti dua orang yang sedang berbalas pantun, obrolan gue dan Bella tidak
pernah terputus. Satu hal yang gue tau, gue udah lebih merasakan sulitnya untuk
merelakan.
Sekitar 3 putaran kami lewati dengan
tidak terasa. Sampai gue sadar kalo temennya Bella ternyata udah ada di
belakang kami entah berapa lama. Gue berusaha ngasih tau Bella kalo temennya
udah ada di belakang dan ngikutin kita sendirian. Sebenernya gue mau ngebiarin
aja kita ngobrol terus sambil jalan sampe 10 putaran, tapi karena nggak enak
sama temennya Bella, akhirnya gue dengan berat hati ninggalin dia dan temennya,
dan berlari pelan seakan hati gue diiket dan susah buat dilepasin, tapi ya mau
gimana lagi. Belum ada 10 langkah gue ninggalin Bella dan temennya, dia manggil
gue keras seperti ada yang tertinggal.
‘LIF!’
Gue pun nengok, dan gue tau dia ingin
mengucapkan sesuatu, tapi tertahan sama lidahnya, dan akhirnya dia cuma berkata
‘Hati-hati ya’
No comments:
Post a Comment