Minggu-minggu
pertama masa SMK ada suatu hal penting yang harus dilakukan oleh siswa dari
luar daerah sepertiku. Salah satunya mencari banyak teman yang asik agar bisa
lebih bergaul dengan luas di Ibu Kota yang terkenal kejam ini. Yang ada
dipikiranku hanya bagaimana caranya memiliki banyak teman tanpa terbawa
pergaulan yang tidak jelas arah dan tujuannya. Soal mencari teman dekat ataupun
pacar bukan prioritas utamaku, mengingat apa dayaku yang hanya siswa pendatang
dari luar daerah yang bisa bermimpi untuk mendapatkan gadis cantik di sekolahku
yang terbilang cukup terkenal ini.
Aku sudah berada
di kantin, sudah jam istirahat. Aku duduk di bangku yang terbuat dari tembok di
depan tukang batagor. Disebelahku sudah ada Seno, Raska, dan Lemy. Mereka adalah
3 teman pertamaku, anak gaul Jakarta banget. Seno adalah yang paling baik, dia
orang yang pertama menyapaku saat aku pertama kali masuk kelas. Mungkin karena
dia orangnya ramah dan suka ngelawak ke semua orang. Buktinya saja waktu hari
pertama ospek dia sudah dikenal oleh seluruh teman angkatanku, dan beberapa
orang kakak kelas yang menjadi anggota osis saat ospek.
“Woy anak baru!”
Kata Seno,
bercanda, padahal dia juga anak baru.
Aku cuma menoleh
sambil menuju tempat duduk paling belakang.
Seno
menghampiriku,
“Iya kenapa?”
Kataku, sambil
melihat dalam ke arah matanya. Tapi aku tidak mau terlalu lama, takut jatuh
cinta. Loh!
“Celana lo bolong”
Kata Seno, sambil
menunjuk ke arah celanaku.
“HAH?!”
Aku langsung
berdiri dan melihat bagian bawah celanaku, ternyata tidak ada bagian yang
bolong.
“Iyalah bolong. Kalo
nggak bolong kaki lo gak bisa masuk dong. HAHAHAHA!”
Garing banget.
Kemudian Seno
menjulurkan tangannya kearahku,
“Kenalin, nama gue
Seno. Seno Perwira. Jangan ngambek ye. Becanda doang hehehe”
“Iyaiya gapapa
kok. Nama gue Ditto, Ditto Suryapradi”
Kataku, menyambut
tangannya Seno, sambil senyum kecil.
Padahal dalam
hati, ingin ku lempar Seno dari lantai 3, saat itu juga.
Kalau Raska,
pertama kali kita kenal adalah saat Raska ingin meminjam pulpenku. Dia bilang
pulpennya hilang saat ingin jalan menuju sekolah, ada anjing yang mengejarnya,
karena spontan dan panik, akhirnya Raska melemparkan pulpennya ke arah kiri
anjing itu sejauh-jauhnya dengan harapan agar anjing itu mengejar pulpen yang
dia lempar dan Raska bisa berlari sekencang-kencangnya. Tapi memang harapan
tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Anjing itu tidak peduli dengan pulpen
yang Raska lempar dan tetap memilih untuk mengejar Raska. Bodoh sekali.
Sementara Lemy
adalah yang paling sering berurusan dengan cewek-cewek di sekolah. Bukan berurusan
karena dia sering menggunakan pakaian dalam wanita, tetapi karena Lemy terkenal
karena dia adalah salah satu yang paling ganteng diantara kita bertiga, baru
abis itu aku, Seno, dan si bodoh Raska. Lemy kenal banyak cewek-cewek cantik
yang ada di sekolah, mulai dari teman seangkatan, sampai dengan alumni-alumni. Sebenarnya
Lemy tidak terlalu genit, tapi lebih pintar menempatkan dirinya di hati
cewek-cewek. Aku merasa beruntung bisa kenal sama Lemy, karena dia sering
merekomendasikan cewek-cewek cantik yang ada di sekolah ini, dan kalo mood-nya
lagi bagus, Lemy suka membagi-bagikan nomor handphone cewek-cewek yang dia
dapatkan kepada kita bertiga. Lumayan kan buat jadi bahan. Bahan obrolan.
“Mau makan apaan
nih?”
Kata Raska,
membuka percakapan.
“Gue mau pesen
batagor. Terserah kalian mau pesen apa. Jangan lama-lama tapi ya. Sebentar lagi
masuk”
Kataku sambil
melihat jam tangan di tangan kiriku, maklum, masih anak baru.
“Sen! Pesenin es teh
manis ya 3. Gulanya jangan diaduk. Biar gak manis diawal”
Kata Lemy, maklum,
dia emang melankolis.
Seno meng-iya-kan
perkataan Lemy. Karena Seno sudah terkenal di sekolah ku, maka sepanjang dia
melangkahkan kaki, selalu ada orang yang menyapanya, meminta foto, sampai
meminjam uang. Sampai di tempat abang-abang penjual minuman yang belakangan aku
tau namanya adalah bang Sidik, tapi karena dia lebih mirip dengan vokalis band
indonesia terkenal, dengan gayanya yang selalu menyisir rambutnya belah tengah,
padahal rambutnya botak. Mata yang disipit-sipitin. Kaos tangan buntung yang
kalo lagi nuangin es teh bulu keteknya ada yang jatuh selembar dua lembar, dan
tas pinggang yang nggak ada isinya. Iya, bang Sidik mirip Ariel. Ariel Tatum.
Wow.
Seno kembali
dengan membawa 4 buah es teh manis ekstrak bulu keteknya bang Sidik. Tidak lama
kemudian Raska datang dengan semangkuk penuh mie ayam. Obrolan kami pun tidak
jauh-jauh dari sekolah kami yang cukup terkenal namun minim prestasi. Kami pun menebak-nebak
solusi apa yang kira-kira berguna untuk menambah prestasi sekolah kami, mulai
dari lebih sering mengikuti lomba olahraga yang diadakan pemerintah, tapi
sepertinya usaha itu membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar. Sampai cara
singkat seperti bikin video porno dan disebarkan ke internet. Ide terakhir itu
dari Raska, nggak cukup dengan bodoh, dia juga mesum.
Sesudah menghabiskan
makanan masing-masing kita berempat memutuskan untuk masuk ke kelas. Aku
mempunyai kelebihan yaitu feeling yang kuat untuk sesuatu apapun. Dan ternyata
benar, belum sampai depan pintu kelas bel sekolah sudah berbunyi. Dan tidak
lama kemudian guru sekaligus wali kelas kami, Bu Ratna masuk ke dalam kelas. Bu
Ratna orangnya baik, suka ngelawak kalau sedang mengajar. Salah satu guru
favoritku.
Karena masih
minggu-minggu pertama di SMK, aku belum terlalu hafal nama teman-teman di
kelas. Hanya hafal wajah saja. Namun sepertinya aku melihat ada yang aneh
diantara teman-teman yang tempat duduknya aku lewati. Ada satu wajah yang
membuatku hampir menabrak ujung meja. Tidak tau kenapa, mata kita sempat
bertemu beberapa detik. Aku melihat dua bola mata yang sangat indah, pipi yang
merona dan bibir yang ingin segera aku ajak bicara. Aku pikir aku harus tau
namanya secepatnya. Dan sepertinya aku tau harus bertanya dengan siapa.
“Lem! Lem! Lem!”
Kataku sesudah
sampai di tempat duduk, terburu-buru ingin bertanya pada Lemy.
“Apaan sih Ditt?
Kebelet boker lagi?”
“Bukan.”
“Lo beli sepatu
kanan dua-duanya?”
“Bukan.”
“Mau gandain uang?”
“Bukan kampret!
Gue ngeliat cewek cantik banget!”
“Siapa sih?”
“Ya nggak tau,
makanya gue nanya sama lu bego!”
“Oh iya yah
hahahaha”
“Yang mana sih
yang mana?”
Kata Lemy,
bertanya balik
“Yang itu, bangku
kedua paling depan di barisan lu”
Lemy belum sempat menjawab, tetapi Bu Ratna sudah mulai berbicara, sepertinya pelajaran sudah mau dimulai.
“Baiklah
anak-anak, sebelum pelajaran dimulai, ibu akan mengabsenkan kalian dulu ya,
yang namanya ibu panggil harap mengacungkan tangan”
Kata Bu Ratna,
khas dengan suara cemprengnya
Aku pikir ini
adalah momen yang tepat untuk aku mengetahui siapa nama cewek yang membuat aku
tertarik itu.
Nama pertama
dipanggil, ternyata bukan dia,
Nama kedua
dipanggil, ternyata bukan dia,
Nama ketiga
dipanggil. Ternyata bukan dia,
Sampai dengan nama
ke tujuh,
“Clara Hansasuteja”
Dan dia langsung
mengacungkan tangan seraya berkata,
“Hadir Bu!”
-Bersambung-
No comments:
Post a Comment