Saturday 15 October 2016

CLARA (Part 1)




Tahun 2011

Minggu-minggu pertama masa SMK ada suatu hal penting yang harus dilakukan oleh siswa dari luar daerah sepertiku. Salah satunya mencari banyak teman yang asik agar bisa lebih bergaul dengan luas di Ibu Kota yang terkenal kejam ini. Yang ada dipikiranku hanya bagaimana caranya memiliki banyak teman tanpa terbawa pergaulan yang tidak jelas arah dan tujuannya. Soal mencari teman dekat ataupun pacar bukan prioritas utamaku, mengingat apa dayaku yang hanya siswa pendatang dari luar daerah yang bisa bermimpi untuk mendapatkan gadis cantik di sekolahku yang terbilang cukup terkenal ini.

Aku sudah berada di kantin, sudah jam istirahat. Aku duduk di bangku yang terbuat dari tembok di depan tukang batagor. Disebelahku sudah ada Seno, Raska, dan Lemy. Mereka adalah 3 teman pertamaku, anak gaul Jakarta banget. Seno adalah yang paling baik, dia orang yang pertama menyapaku saat aku pertama kali masuk kelas. Mungkin karena dia orangnya ramah dan suka ngelawak ke semua orang. Buktinya saja waktu hari pertama ospek dia sudah dikenal oleh seluruh teman angkatanku, dan beberapa orang kakak kelas yang menjadi anggota osis saat ospek.

“Woy anak baru!”

Kata Seno, bercanda, padahal dia juga anak baru.

Aku cuma menoleh sambil menuju tempat duduk paling belakang.

Seno menghampiriku,

“Iya kenapa?”

Kataku, sambil melihat dalam ke arah matanya. Tapi aku tidak mau terlalu lama, takut jatuh cinta. Loh!

“Celana lo bolong”

Kata Seno, sambil menunjuk ke arah celanaku.

“HAH?!”

Aku langsung berdiri dan melihat bagian bawah celanaku, ternyata tidak ada bagian yang bolong.

“Iyalah bolong. Kalo nggak bolong kaki lo gak bisa masuk dong. HAHAHAHA!”

Garing banget.

Kemudian Seno menjulurkan tangannya kearahku,

“Kenalin, nama gue Seno. Seno Perwira. Jangan ngambek ye. Becanda doang hehehe”

“Iyaiya gapapa kok. Nama gue Ditto, Ditto Suryapradi”

Kataku, menyambut tangannya Seno, sambil senyum kecil.

Padahal dalam hati, ingin ku lempar Seno dari lantai 3, saat itu juga.

Kalau Raska, pertama kali kita kenal adalah saat Raska ingin meminjam pulpenku. Dia bilang pulpennya hilang saat ingin jalan menuju sekolah, ada anjing yang mengejarnya, karena spontan dan panik, akhirnya Raska melemparkan pulpennya ke arah kiri anjing itu sejauh-jauhnya dengan harapan agar anjing itu mengejar pulpen yang dia lempar dan Raska bisa berlari sekencang-kencangnya. Tapi memang harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Anjing itu tidak peduli dengan pulpen yang Raska lempar dan tetap memilih untuk mengejar Raska. Bodoh sekali.

Sementara Lemy adalah yang paling sering berurusan dengan cewek-cewek di sekolah. Bukan berurusan karena dia sering menggunakan pakaian dalam wanita, tetapi karena Lemy terkenal karena dia adalah salah satu yang paling ganteng diantara kita bertiga, baru abis itu aku, Seno, dan si bodoh Raska. Lemy kenal banyak cewek-cewek cantik yang ada di sekolah, mulai dari teman seangkatan, sampai dengan alumni-alumni. Sebenarnya Lemy tidak terlalu genit, tapi lebih pintar menempatkan dirinya di hati cewek-cewek. Aku merasa beruntung bisa kenal sama Lemy, karena dia sering merekomendasikan cewek-cewek cantik yang ada di sekolah ini, dan kalo mood-nya lagi bagus, Lemy suka membagi-bagikan nomor handphone cewek-cewek yang dia dapatkan kepada kita bertiga. Lumayan kan buat jadi bahan. Bahan obrolan.

“Mau makan apaan nih?”

Kata Raska, membuka percakapan.

“Gue mau pesen batagor. Terserah kalian mau pesen apa. Jangan lama-lama tapi ya. Sebentar lagi masuk”

Kataku sambil melihat jam tangan di tangan kiriku, maklum, masih anak baru.

“Sen! Pesenin es teh manis ya 3. Gulanya jangan diaduk. Biar gak manis diawal”

Kata Lemy, maklum, dia emang melankolis.

Seno meng-iya-kan perkataan Lemy. Karena Seno sudah terkenal di sekolah ku, maka sepanjang dia melangkahkan kaki, selalu ada orang yang menyapanya, meminta foto, sampai meminjam uang. Sampai di tempat abang-abang penjual minuman yang belakangan aku tau namanya adalah bang Sidik, tapi karena dia lebih mirip dengan vokalis band indonesia terkenal, dengan gayanya yang selalu menyisir rambutnya belah tengah, padahal rambutnya botak. Mata yang disipit-sipitin. Kaos tangan buntung yang kalo lagi nuangin es teh bulu keteknya ada yang jatuh selembar dua lembar, dan tas pinggang yang nggak ada isinya. Iya, bang Sidik mirip Ariel. Ariel Tatum. Wow.

Seno kembali dengan membawa 4 buah es teh manis ekstrak bulu keteknya bang Sidik. Tidak lama kemudian Raska datang dengan semangkuk penuh mie ayam. Obrolan kami pun tidak jauh-jauh dari sekolah kami yang cukup terkenal namun minim prestasi. Kami pun menebak-nebak solusi apa yang kira-kira berguna untuk menambah prestasi sekolah kami, mulai dari lebih sering mengikuti lomba olahraga yang diadakan pemerintah, tapi sepertinya usaha itu membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar. Sampai cara singkat seperti bikin video porno dan disebarkan ke internet. Ide terakhir itu dari Raska, nggak cukup dengan bodoh, dia juga mesum.

Sesudah menghabiskan makanan masing-masing kita berempat memutuskan untuk masuk ke kelas. Aku mempunyai kelebihan yaitu feeling yang kuat untuk sesuatu apapun. Dan ternyata benar, belum sampai depan pintu kelas bel sekolah sudah berbunyi. Dan tidak lama kemudian guru sekaligus wali kelas kami, Bu Ratna masuk ke dalam kelas. Bu Ratna orangnya baik, suka ngelawak kalau sedang mengajar. Salah satu guru favoritku.

Karena masih minggu-minggu pertama di SMK, aku belum terlalu hafal nama teman-teman di kelas. Hanya hafal wajah saja. Namun sepertinya aku melihat ada yang aneh diantara teman-teman yang tempat duduknya aku lewati. Ada satu wajah yang membuatku hampir menabrak ujung meja. Tidak tau kenapa, mata kita sempat bertemu beberapa detik. Aku melihat dua bola mata yang sangat indah, pipi yang merona dan bibir yang ingin segera aku ajak bicara. Aku pikir aku harus tau namanya secepatnya. Dan sepertinya aku tau harus bertanya dengan siapa.


“Lem! Lem! Lem!”

Kataku sesudah sampai di tempat duduk, terburu-buru ingin bertanya pada Lemy.

“Apaan sih Ditt? Kebelet boker lagi?”

“Bukan.”

“Lo beli sepatu kanan dua-duanya?”

“Bukan.”

“Mau gandain uang?”

“Bukan kampret! Gue ngeliat cewek cantik banget!”

“Siapa sih?”

“Ya nggak tau, makanya gue nanya sama lu bego!”

“Oh iya yah hahahaha”

“Yang mana sih yang mana?”

Kata Lemy, bertanya balik

“Yang itu, bangku kedua paling depan di barisan lu”


Lemy belum sempat menjawab, tetapi Bu Ratna sudah mulai berbicara, sepertinya pelajaran sudah mau dimulai.

“Baiklah anak-anak, sebelum pelajaran dimulai, ibu akan mengabsenkan kalian dulu ya, yang namanya ibu panggil harap mengacungkan tangan”

Kata Bu Ratna, khas dengan suara cemprengnya

Aku pikir ini adalah momen yang tepat untuk aku mengetahui siapa nama cewek yang membuat aku tertarik itu.

Nama pertama dipanggil, ternyata bukan dia,

Nama kedua dipanggil, ternyata bukan dia,

Nama ketiga dipanggil. Ternyata bukan dia,

Sampai dengan nama ke tujuh,

“Clara Hansasuteja”

Dan dia langsung mengacungkan tangan seraya berkata,

“Hadir Bu!”





-Bersambung-

No comments:

Post a Comment